Deskripsi Meta: Seorang mantan petinggi Mossad secara terbuka menolak serangan militer Israel ke Gaza. Pernyataan ini mengejutkan dunia dan memicu diskusi luas tentang moralitas perang dan masa depan konflik Israel-Palestina.
Dalam sebuah perkembangan yang tidak terduga, seorang mantan pejabat tinggi Mossad secara terbuka menyuarakan penolakannya terhadap serangan militer Israel ke Gaza. Dukungan mengejutkan ini datang di tengah eskalasi kekerasan yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut. Penolakan ini tidak hanya mengguncang opini publik Israel, tetapi juga menarik perhatian internasional.

Mantan Agen Intelijen Bicara
Yossi Cohen, mantan Kepala Mossad yang menjabat dari tahun 2016 hingga 2021, mengutarakan pandangannya dalam wawancara dengan media internasional. Meski tidak secara langsung menyebut pemerintah saat ini, ia dengan jelas mengkritik pendekatan militer terhadap Gaza sebagai “kontraproduktif dan tidak berkelanjutan”.
Cohen menegaskan bahwa solusi jangka panjang hanya bisa dicapai melalui diplomasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. “Kami tidak bisa terus-menerus memadamkan api dengan bensin. Serangan udara dan operasi darat mungkin memberi kemenangan taktis, tetapi secara strategis ini adalah kekalahan,” ujarnya.
Reaksi dari Dalam Negeri
Pernyataan ini memicu beragam reaksi di Israel. Beberapa kelompok aktivis dan akademisi menyambut pernyataan Cohen sebagai angin segar, sementara kalangan konservatif mengecamnya sebagai bentuk pengkhianatan terhadap negara.
Sebuah artikel dari Haaretz, media berpengaruh di Israel, bahkan menyebut langkah Cohen sebagai “seruan moral yang seharusnya menjadi bahan refleksi bagi para pembuat kebijakan”.
Sorotan Internasional
Penolakan dari eks Mossad terhadap serangan Gaza ini menjadi bahan pemberitaan luas di media internasional seperti BBC, Al Jazeera, dan The Guardian. Banyak analis menilai bahwa suara dari dalam tubuh intelijen Israel sendiri menunjukkan adanya krisis legitimasi terhadap operasi militer yang terus berlangsung.
Amerika Serikat, sebagai sekutu dekat Israel, juga mulai mendapat tekanan untuk meninjau kembali dukungannya. Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat menyuarakan keprihatinan serupa dengan Cohen, menyerukan penghentian bantuan militer hingga ada jaminan perlindungan terhadap warga sipil.
Perspektif Kemanusiaan
Di sisi lain, kelompok-kelompok kemanusiaan seperti Human Rights Watch dan Amnesty International menyatakan bahwa penolakan Cohen menunjukkan bahwa kritik terhadap serangan ini bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam struktur kekuasaan Israel sendiri.
Mereka menambahkan bahwa dukungan mengejutkan ini seharusnya memperkuat seruan gencatan senjata dan penyelidikan independen terhadap dugaan pelanggaran hukum internasional di Gaza.
Untuk memahami konteks lebih luas tentang sejarah konflik ini, Anda bisa membaca artikel terkait di laman kami: Sejarah Konflik Israel-Palestina.
Implikasi Politik
Penolakan Cohen terhadap operasi militer ini juga memiliki implikasi politik. Beberapa pihak melihatnya sebagai upaya membentuk opini publik menjelang kemungkinan pemilu dini di Israel. Dukungan terhadap perang kerap menjadi senjata politik, namun suara-suara berpengaruh seperti Cohen dapat mengubah arah wacana nasional.
Di sisi Palestina, pernyataan ini dianggap sebagai tanda bahwa tidak semua warga Israel mendukung kekerasan. Sejumlah pemimpin Palestina bahkan menyambut baik pernyataan Cohen, meski tetap menekankan perlunya tekanan internasional lebih besar.
Penutup
Dukungan mengejutkan: Eks Mossad tolak serangan Gaza bukan hanya berita utama. Ini adalah refleksi dari keresahan yang meluas tentang pendekatan kekerasan yang terus dipertahankan. Ketika suara dari dalam struktur intelijen mulai bersuara, dunia tidak bisa lagi mengabaikan seruan untuk perdamaian.
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan warga Gaza terhadap perkembangan ini, Anda bisa membaca artikel kami yang lain: Krisis Kemanusiaan di Gaza: Suara dari Lapangan.